23.16

Cinta dan Kasih Sayang

Suatu ketika Rasulullah Saw dan para sahabat berjalan di tengah padang pasir. Terik mentari tengah hari serasa menyengat. Begitu panas membakar, menyelusup ke lapisan kulit. Tiba-tiba terlihat seorang ibu yang sedang menggendong bayinya yang masih merah. Dia melintas dengan perhatian penuh pada sang bayi. Di dekapnya bayinya erat-erat, sambil berusaha menutupnya dengan kain. Ia begitu sibuk dan tidak menginginkan bayinya tersengat oleh sinar mentari walau secercah cahaya sekalipun.

Melihat fenomena ini Rasulullah Saw menghentikan para sahabatnya. Seolah mendapatkan contoh kasus yang tepat, beliau bertanya, “Wahai sahabatku, akankah ibu itu melemparkan bayinya ke dalam api yang membara?” . Para sahabat menjawab serentak, “Tidak mungkin wahai Rasulullah”. Kemudian Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, kasih sayang Allah jauh lebih besar daripada kasih sayang ibu itu terhadap bayinya?”

Allah Swt dalam beberapa riwayat maupun dalam berbagai ayat dalam al-Qur’an dijelaskan begitu mencintai dan mengasihi manusia. Al-Qur’an menjelaskan siapa saja manusia utama yang Allah berkenan mencintainya.

1. ORANG ORANG YANG BERBUAT IHSAN (AL MUHSINUN)
Allah Swt. berfirman: ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan” (QS. Ali Imron: 134).

APA ITU IHSAN?
Sayyidina Ali kw berkata,”Ihsan itu adalah cinta (al-mahabbah)”.
Di lain riwayat beliau berkata,”Penyebab munculnya cinta itu adalah ihsan”
Rasulullah saw ditanya tentang al-Ihsan, maka beliau saww menjawab,”Bahwa engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melakukannya, (yakinilah) bahwa sesungguhnya Dia melihatmu!”

Dalam hadis dijelaskan, ”Orang mukmin yang memperbagus (ahsan) amalnya, akan Allah lipat gandakan setiap kebaikannya sampai tujuh ratus kali…’Amr bin Yazid bertanya, ”Apa itu Ahsan?”. Jawab Imam as, ”Yaitu, apabila engkau melakukan shalat engkau perbagus (ahsan) ruku’ dan sujudmu. Dan jika engkau berpuasa, engka menjaga (takut) setiap sikap dan perbuatanmu agar tidak merusak puasamu. Setiap amal yang dikerjakan semata-mata karena Allah niscaya menjadi bersih (murni) tak bercampur dengan kotoran”.

2. ORANG ORANG YANG BERTAUBAT DAN BERSUCI
(AL TAWWABUN wa AL MUTATHAHHIRIN)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri” (QS Al-Baqarah [2] ayat 222).
Dalam hadis dijelaskan, ”Ketika seorang hamba bertobat kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah mencintainya. Karenanya, Dia (Allah) menutupi dosa-dosanya di dunia dan akhirat. Menutupi dosa-dosa hamba-Nya mengandung makna bahwa Allah menjadikan dua malaikat (yang mencatat amal-amalnya) melupakan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka ketahui berkenaan dengan hamba itu. Allah kemudian mewahyukan kepada anggota-anggota tubuh hamba itu untuk menyembunyikan dosa-dosa yang telah ia lakukan dan mewahyukan kepada bagian-bagian bumi (tempat-tempat ia melakukan dosa-dosa) untuk menyembunyikan dosa-dosanya. Hamba itu, karenanya, akan bertemu dengan Allah dalam keadaan seolah-olah ia tidak pernah melakukan suatu kejahatan apa pun dan tak ada yang akan memberikan kesaksian terhadapnya.”

3. ORANG ORANG YANG BERTAQWA (AL MUTTAQUN)
Allah Swt berfirman, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa” (QS At-Taubah [9] ayat 4)
Kata taqwa berarti : “menunjuki diri dengan sikap takut dan hati-hati sehingga terhindar dari kesesatan”. Kehati-hatian menyiratkan akan pengalaman sebelumnya terhadap situasi serupa, orang-orang yang bertakwa telah merasakan penderitaan di dunia: mereka berusaha menemukan pelipur lara dan perasaan aman dari harta benda duniawi namun mereka dikecewakan.

Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa yang dirizkikan sifat taqwa, maka berarti ia telah dirizkikan kebaikan dunia dan akhirat”.
Amalan terbaik adalah taqwa. Sesungguhnya taqwa itu merupakan kunci kebenaran, bekal untuk akhirat, kemerdekaan dari perbudakan, dan pembebasan dari segala keruntuhan. Dengan pertolongannya si pencari menemui keberhasilan. Dalam ketaqwaan tersimpan kesela¬matan dari kebangkrutan dan sekaligus merupakan harta simpanan untuk hari Qiyamat. Sesungguhnya Allah Swt. menjaga hamba-Nya yang bertaqwa dari bencana yang tidak dibayangkan oleh pikirannya serta menerangkan kebutaan dan kebodohannya. Dan dengan taqwa itulah, Nabi Nuh as dan para pengikutnya diselamatkan dalam perahu. Demi¬kian juga Nabi Shalih as dan para pengikutnya, disela¬matkan dari sambaran petir karena taqwa. Dan hanya dengan taqwa inilah orang-orang yang sabar akan berun¬tung”.***

0 komentar: